Sampah rongsokan, yang dihindari oleh banyak orang, bisa menjadi tambang emas untuk orang yang memiliki insting usaha yang jeli. Salah satu yang berhasil melakukannya adalah Bapak Kusyono, Pensiunan Polisi dari Cirebon. Ia pun Pensiun Dini di usia 49 tahun. Itu berkat ketelitiannya dalam menabung sedikit demi sedikit untuk Persiapan Pensiunnya. Mari kita ikuti kisahnya di bawah ini
Haji Kusyono, warga Desa Panguragan Wetan, Kecamatan Panguragan, Kabupaten Cirebon, Jawa Barat. Satu dari ratusan warga sekitar yang kesehariannya hidup dengan tumpukan barang-barang bekas, mengumpulkan dari banyak orang, menyortir, dan kemudian mengirimkan ke berbagai pabrik dan perusahaan besar di Jakarta dan daerah lainnya.
Perpindahan haluan pekerjaan Kusyono ini terjadi pada sekitar 2000 silam. Kusyono sebelumnya dikenal sebagai salah satu anggota Kepolisian Resor Cirebon. Berpangkat Aiptu, Kusyono bertugas menjadi Kepala Unit Pembinaan Masyarakat (Binmas) dan Humas Polsek Panguragan.
Dalam menjalankan tugasnya, Kusyono bersentuhan langsung dengan masyarakat sekitar. Ia pelajari dan perlahan mulai mencoba mengikuti usaha barang rongsokan kecil-kecilan pada 1990. Sambil menjalankan tugasnya sebagai pelayan masyarakat, Kusyono terus meningkatkan modal pembelian barang rongsokan.
“Saya coba membeli dan mengumpulkan barang rongsokan hanya sedikit pada 1990. Tetapi, hampir setiap mendapatkan gaji bulanan (sebagai polisi–red), sekitar tiga juta rupiah, modal pembelian barang rongsokan terus saya tambahkan. Sampai akhirnya, saya beranikan diri pensiun dini pada usia ke-49 pada tahun 2000,” kata Kusyono saat ditemui, Jumat, (10/4/2015).
Awalnya, Kusyono hanya memiliki enam karyawan, yang mengambil barang rongsokan dari wilayah Cirebon dan menjualnya ke Jakarta. Karena kegigihannya melihat potensi dan kelihaiannya mengatur modal, akhirnya usaha Kusyono berkembang pesat hingga ia memiliki sekitar 100 karyawan.
Pada masa keemasannya, sekitar tahun 2000, ia mampu mengeluarkan modal sekitar Rp 50 juta hingga Rp 100 juta untuk membeli 20 hingga 50 ton barang rongsokan dalam satu hari. Dari puluhan ton barang bekas jenis besi, kaleng, dan berbagai bahan dari wilayah III Cirebon ini, Kusyono dapat mengantongi omzet sekitar Rp 80 juta hingga Rp 120 juta per hari.
“Kalau lagi ramai dan dibutuhkan pabrik, saya bisa kirim sampai 50 ton lebih dalam satu hari. Untungnya cukup besar, sampai Rp 120 juta. Kalau waktunya pulang, saya langsung bayar gaji karyawan sekitar Rp 50.000 hingga Rp 100.000, bergantung pekerjaannya,” kata dia.
Keberhasilan Kusyono juga terukur dari jumlah luas gudang yang ia miliki. Kini Kusyono memilki sekitar 7 gudang barang rongsokan, 10 rumah megah, 6 hektar sawah, dan beberapa kendaraan. Dia juga sudah beberapa kali menunaikan ibadah haji sekaligus memberangkatkan keluarganya.