Selamat Pagi!
Jumpa lagi dalam Bahasan mengenai “Rahasia ESQ”. Pekan ini kita akan membahas tentang Star Principle secara Sains (4). Berikut ini penjelasan ilmiah mengenai mengapa manusia membutuhkan Tuhan ;
Michael Inzlicht, PhD, Psikolog dari University of Toronto, juga menyampaikan hasil risetnya yang menunjukkan bahwa ; bahkan dalam agama yang tidak memiliki unsur kontemplatif pun, sirkuit otak juga bisa berubah.
Inzlicht memfokuskan diri pada gelombang otak yang diaktifkan oleh anterior cingulate cortex, yang ia namakan “error related negativity” (ERN), yang terlecut saat seseorang membuat kesalahan. Area ini adalah alarm kortikal. Yang menghasilkan respon ‘uh-oh’ yang sifatnya tidak disadari, dan bersifat emosional. Demikian penjelasan Inzlicht. “saat kita membuat kesalahan, area ini aktif, dan menimbulkan sedikit rasa cemas”.
Dalam sebuah penelitian yang dipublikasikan dalam Jurnal Psychological Science (Vol. 20, No. 3), Inzlicht mengukur respon ‘uh-oh’ ini pada subyek untuk menamakan warna, penelitian yang disebutkan Stroop task. Pada penelitian ini, walaupun seluruh subyek melakukan kesalahan, namun lecutan ERN lebih lemah pada orang-orang dengan kecenderungan religious yang kuat, dan keimanan yang lebih tinggi pada Tuhan. Inzlicht mengatakan, “orang-orang ini lebih tenang, dan lebih bijak saat dibawah tekanan”.
Dalam penelitiannya yang kedua, yang dipublikasikan di bulan Agustus dalam Jurnal Psychological Science (Vol. 21, No. 8), Inzlicht dan para koleganya mentes dua proposisi. Proposisi pertama adalah “aprakah orang-orang dengan respon ERN rendah lebih tertarik pada agama”. Ataukah proposisi kedua “apakah agama menurunkan respon ERN dari orang-orang”.
Peneliti menanyakan pada partisipan, untuk menulis tentang agama atau mengenai hal-hal yang menyenangkan mereka. Mereka menemukan bahwa; subyek yang memilih untuk menulis tentang agama, memiliki respon ERN yang lebih rendah. Hal ini menurut Inzlicht, menunjukkan bahwa ; agama menurunkan respon kecemasan ini. Dari sini Inzlicht menyimpulkan bahwa efek agama mungkin sekali timbul dari kemampuan untuk membuat orang menjadi lebih tenang secara umum, karena dalam agama terdapat “penjelasan” mengenai berbagai fenomena yang tidak bisa dijelaskan oleh manusia.
Menurut Inzlicht, “perbedaan ini tampak dalam se-per-ratusan detik, namun Ia mengajukan proposisi bahwa waktu hidup yang dilalui dengan reaksi cemas yang lebih lemah, dapat membawa pada waktu hidup yang lebih tenang secara umum”.
Penemuan ini sejalan dengan sejumlah besar hasil penelitian dan laporan psikologi klinis yang menunjukkan bahwa orang-orang dengan tingkat religiusitas tinggi, lebih tahan terhadap depresi dan kecemasan. Hal ini dikemukakan oleh Plante, editor dari buku “Contemplative Practices in Action : Spirituality, Meditation, and Health” (APA, 2010). Plante juga menyampaikan bahwa, “Praktek Spritual yang adaptif bisa mencegah kecemasan dan depresi”.
Memiliki kepercayaan spiritual juga membuat hidup kita terarah, sehingga kita bisa menjalani hidup yang lebih panjang, dan lebih sehat. Sejumlah penelitian menunjukkan bahwa orang-orang yang lebih religious, memiliki usia lebih panjang, lebih tahan dari depresi, dan lebih jarang terkena penyalahgunaan obat atau alcohol, dan mereka bahkan lebih teratur pergi ke dokter gigi. Penelitian yang dilakukan Inzlicht dapat menyediakan penjelasan parsial untuk penemuan ini. demikian yang dikatakan oleh Michael Mc Cullought, PhD, Psikolog dari University of Miami.
Bagaimana pendapat anda tentang ilmu ESQ yang membahas pentingnya Star Principle? Artikel diatas membuktikan bagaimana sains menemukan perlunya kita berTuhan.
Untuk anda yang memerlukan Training Masa Persiapan Pensiun dari Konsultan Pensiun Terpercaya di Indonesia, kami akan mengadakan di tanggal 21-23 Maret 2017, di Jakarta.
Untuk keterangan lengkapnya,
hubungi kami via email : esqmpp.com atau
telepon ke 021-2940-6969 ext. 174
wa / telp ke HP ke 0856 9311 9026 (Gina)
atau wa/telp/line ke HP 0822 9915 3339 (Ririn)