Selamat Pagi Sahabat ESQ,
Bagaimana kabarnya di Ramadhan yang Cerah ini? Sebelum Ramadhan meninggalkan kita, mari kita tingkatkan Ibadah dan amal shalih untuk meraih jamuan ramadhan yang terakhir yaitu Ampunan Allah SWT untuk Pembebasan dari Api Neraka di hari-hari terakhirnya.
Teknologi telah menjadi bagian dari kehidupan kita. Untuk pergi ke sebuah tempat, kita tidak perlu lagi menunggu angkot di pinggir jalan, tapi hanya perlu mengakses app di smartphone kita. Namun pernahkah anda mengamati, bagaimana nasib supir angkot? Bagaimana nasib tukang ojek pangkalan? Bagaimana nasib perusahaan taksi? Bagi mereka, penurunan jumlah konsumen akibat munculnya persaingan yang tidak terduga dari munculnya berbagai aplikasi online ini membuat keuntungan yang biasa didapat menjadi terjun secara drastis. Para ekonom menyebut situasi seperti ini sebagai situasi disruptive. Dan era ini disebut sebagai era disruptive.
Apa yang dialami oleh perusahaan taksi, mungkin juga dihadapi oleh perusahaan tempat kita bekerja. Ada 4 tantangan dalam Era Disruptive, yang disingkat sebagai VUCA :
Volatility : keadaan yang tidak bisa diramalkan
Uncertainty : ketidakpastian akan masa depan
Complexity : kerumitan yang meningkat
Ambiguity : keadaan multi interpretasi,
Menurut Joel & Michelle Levey (dalam jurnal American Management Association, 2013), situasi yang bersifat VUCA ini membuat tingkat stress kerja menjadi meningkat, dan menyebabkan fungsi eksekutif di otak kita mati secara otomatis. Sehingga pengambilan keputusan yang dilakukan otak lebih banyak hanya mengulang keputusan yang lalu-lalu saja. Tidak ada inovasi, karena otak hanya menggunakan otak primitif (batang otak, untuk tindakan berulang) dan otak emosi (sistem limbik). Padahal, Era disruptive makin kompleks dari hari ke hari dan membutuhkan pemecahan masalah dalam waktu yang ultra cepat.
Padahal, menurut George Por salah satu pengajar di London School of Economics yang juga contributor Huffington Post, ia menuliskan bahwa kita akan bisa selamat di Era VUCA ini juga dengan rumusan VUCA:
Vision;
Understanding,
Clarity, dan
Agility
Setiap perusahaan yang ingin memenangkan persaingan membutuhkan bekal agar para eksekutif dan karyawannya bisa mengarahkan kemudi perusahaannya ke arah yang tepat. Untuk itu dipelukan training yang dapat membantu eksekutif perusahaan untuk memiliki Visi yang fleksibel namun kokoh. Para eksekutif perusahaan juga memerlukan pemahaman akan competitor dan harus memiliki kejelasan agar strategi yang dibentuk bisa diterapkan dengan eksekusi yang terfokus. Kemudian, hal lain yang menjadi pokok adalah; kelincahan, kecepatan, dan keluwesan dalam meraih target dan tujuan yang ingin dicapai.
Yang menjadi pertanyaan sekarang adalah : bagaimana caranya? Bagaimana seorang pimpinan bisa merubah mental dan mengupgrade kemampuan otak serta menata mindset dan paradigma para leaders di perusahaannya agar siap di era disruptive?
ESQ, salah satu perusahaan konsultan SDM terbesar di Indonesia, memiliki rumus powerful yang terbukti berhasil dan mampu menarik sejumlah perusahaan yang hampir tenggelam, untuk kembali berlayar di samudera persaingan yang makin sengit.
ESQ bisa membantu perusahaan anda mengembangkan solusi VUCA
- Visi Pribadi bisa ditumbuhkan dengan mengembangkan The Deepest Meaning
- Understanding of Disruptive Turnmoil bisa diperoleh setelah meruntuhkan 7 mental blok yang menghalangi pemikiran dan perilaku anda
- Clarity bisa diperoleh setelah memahami ESQ management Principle yang berbasis ESQ Models
- Agility bisa menghasilkan remarkable performance dengan 7 budi utama untuk memenangkan persaingan
Awal syawal semakin dekat. Kemenangan ada di depan mata. Tapi bagaimana dengan organisasi tempat anda bernaung, apakah juga tengah memenangkan pertarungannya, ataukah tengah kalah digempur lawan yang tak terlihat, di era Disruptive ini? jangan surut dan menyerah kalah. Semua ada solusinya. Hubungi kami untuk keterangan lebih lanjut.
Selamat menyambut Hari Kemenangan, Mohon Maaf Lahir dan Batin.
Salam hangat dari kami di ESQ,