Sejumlah wirausahawan, sudah memulai usahanya sebelum Pensiun. Mereka pun menjalani Masa Persiapan Pensiun tanpa mereka sadari. Itulah yang dilakukan oleh Darmawan. Sehingga ketika ia di PHK oleh tempatnya bekerja, ia sudah memiliki pegangan hidup untuk memperoleh pendapatan.
Dehawe, panggilan sehari-hari Dharmawan, punya keterampilan memasak berkat ilmu dari sang ibu. “Ibu saya adalah tukang masak sejati. Setiap hari ia memasak menu yang berbeda. Dari sayuran, daging, sampai ikan. Ia juga membuat kue, membuat macam-macam minuman, selai, manisan, puding, tapai, tumpeng, dan banyak lagi. Menu-menu rumahan gitu,” jelas mantan pemimpin redaksi sebuah majalah ini.
Menggabungkan cita-cita dan passion itu, mereka akhirnya menemukan sebuah tempat di Jalan Cikini, Menteng, Jakarta Pusat. Semula, tempat itu adalah restoran yang sudah mau tutup. Bentuknya adalah rumah tua yang dibangun sekitar tahun 1930-an. Tanggal 5 September 2011, resmilah kedai itu dibuka. Namanya pun diambil dari nama jalan di tempat itu yang diberi sentuhan “lawasan”. Maka, jadilah C menjadi Tj, dan di Jalan Cikini muncullah “Kedai Tjikini”. Ia ingin menghidupkan kembali sepenggal ujung Jalan Cikini, yang ketika itu banyak rukonya tutup, banyak gedungnya berpenampilan gelap dan muram.
Pada awalnya, sembari bekerja, sepulang dari kantor Darmawan masih ikut memasak di dapur, sementara manajemen keuangan dikelola oleh Enrico dan Heni. “Ketika saya di-PHK, November 2014, saya berkonsentrasi penuh mengurusi kedai. Tidak ada cara lain selain terjun langsung. Dalam hal ini, saya menerapkan pengalaman dalam pekerjaan jurnalistik” akunya.
Maka, ia pun mencoba mengenal lapangan restoran/kedai dengan pertama-tama mengetahui bahan baku; artinya terjun ke pasar. Ia hafal di sudut mana, stok bahan baku disimpan; “Saya keliling pasar. Dari sini juga ada ide-ide baru membuat menu. pada gilirannya, pada waktunya, kami juga berkeliling melihat para artisan dalam coffee roasting untuk mendapatkan kopi yang kami anggap paling sesuai untuk Kedai Tjikini,” imbuhnya.
Pengalamannya bekerja di bagian training dan SDM di kantor lamanya membuatnya percaya bahwa unsur utama dalam bisnisnya adalah SDM. Mereka harus mendapatkan pembekalan sebelum bekerja, memperoleh feedback untuk maju.
Menu andalan Kedai Tjikini dan menjadi favorit pelanggan antara lain Lontong Cap Gomeh, Nasi Goreng Belacan, Pindang Iga, dan Nasi Lodeh. Menu lainnya yang tak kalah seru adalah Nasi Uduk, Gado-gado Siram, Nasi Rawon, Pindang Bandeng, dan Ikan Kembung Tauco.
Di tahun kelimanya, karyawan Kedai Tjikini kini berjumlah 18 orang. Tak terbayangkan di kepala Dehawe bahwa suatu saat ia akan punya karyawan sebanyak itu. Kedai yang buka dari pukul 08.30 hingga 23.00 itu, kini sudah memiliki pelanggan tetap.
Sejak di PHK, berkat pengalaman yang dimilikinya, Darmawan bisa mempertahankan usahanya hingga akhirnya berkembang dan memiliki pelanggan tetap. Konsep rumahan yang diusungnya, membuat Restorannya banyak disukai.