Tips Memulai Bisnis Bermakna

By April 12, 2022Article

Dalam Islam, peran manusia sudah ditetapkan dengan jelas, yaitu sebagai khalifah di muka bumi. Artinya, setiap manusia harus bertanggung jawab terhadap setiap perbuatannya, oleh karenanya manusia terdorong untuk berperilaku secara etis dalam kehidupannya. Langkah awal untuk bertanggung jawab atas perbuatan dan berperilaku etis adalah dengan menjalani gaya hidup yang halal dan mengelola bisnis syariah.

Bisnis syariah adalah kegiatan usaha dengan menjual produk agar memperoleh keuntungan dengan berlandaskan pada syariat. Kata syariat (dari ‘syariah’) berarti ketentuan atau ketetapan yang telah digariskan oleh agama Islam. Maksud bisnis sesuai syariat Islam adalah ia tidak hanya berfokus pada aktivitas jual beli saja, namun juga memperhatikan konsep halal, akhlak berdagang, produk yang diperjualbelikan, serta akad dan ibadah muamalah dalam berwirausaha. Bisnis syariah merupakan bagian dari gaya hidup halal, sebab tata caranya sudah pasti mengikuti syariat Islam.

Sebenarnya pengelolaan bisnis konvensional dan syariah tidak jauh berbeda. Perbedaannya hanya terletak pada panduan dan batasan yang ditetapkan berdasarkan syariat agama Islam. Umumnya, bisnis konvensional hanya berfokus untuk memaksimalkan keuntungan semata. Sedangkan dalam bisnis syariah, aspek kebermanfaatan dan peraturan agama, di samping mendapat laba penjualan, juga turut diperhatikan. Artinya, tujuan lain dalam bisnis syariah adalah membawa manfaat dan syafaat bagi umat dan masyarakat luas.

Selain itu, transaksi syariah juga mempertimbangkan konsep halal dan haram dari segi produk, transaksi, pemasaran, hingga akad muamalah. Sebab pada dasarnya, transaksi syariah bukan sekedar aktivitas jual beli untuk profit semata, tetapi juga sebagai bentuk ibadah kepada Tuhan Yang Maha Esa.

Lantas apa yang dimaksud dengan halal?

Secara bahasa, halal diartikan sebagai sesuatu yang boleh untuk dilakukan, digunakan, atau dikonsumsi menurut hukum Islam. Namun, kata halal kini memiliki berbagai makna dan tafsir. Professor Jonathan AJ Wilson, seorang ahli di bidang marketing, mengatakan bahwa halal adalah sebuah brand (merek), sedangkan menurut profesor marketing dari Kellog School of Management, Alexander Chernev, halal adalah lifestyle (gaya hidup). Arancha Gonzalez, Executive Director International Trade Center, bahkan mengatakan bahwa halal adalah oportunitas bisnis.

Populasi muslim memiliki pertumbuhan tercepat sebagai segmen konsumen di pasar global. Jika ada perusahaan yang tidak melek dan membidik segmen ini, mereka dianggap kehilangan peluang yang besar. Bagaimana tidak, menurut data International Trade Center tahun 2019, 25% dari 7,6 miliar populasi dunia ialah konsumen muslim dengan total pengeluaran sekitar US$1,9 triliun. Berdasarkan Global Islamic Economy Report (GIER) tahun 2020-202, aset dari dunia keuangan Islam pun telah mencapai US$2,88 triliun.

Secara populasi, usia penduduk Muslim pun lebih muda, termuda di antara populasi agama besar di dunia dengan median umur sekitar 23 tahun pada 2020. Kondisi ini membentuk tren di pasar travel dengan karakter unik dari konsumen tersebut.

Adaptasi terhadap teknologi pun cukup kuat. Dalam infografis Ekonomi Islam Secara Global 2019 di atas, ada sekitar 1,2 miliar Muslim yang menggunakan telepon seluler yang terhubung dengan internet juga media sosial. Konsumsi masyarakat ini juga besar. Pengeluaran mereka untuk konsumsi makanan saja mencapai US$1,8 triliun per tahun, yang diproyeksi akan tumbuh menjadi US$2,6 triliun pada tahun 2020. Lebih rinci, GIER memproyeksi angka ini akan tumbuh pesat di tahun- tahun berikutnya.

Industri halal bisa diproyeksikan untuk mengurangi kemiskinan penduduk muslim. Dengan semakin tingginya konsumsi produk dan jasa berbasis halal, otomatis produksinya pun meningkat sehingga perlu ada keterlibatan sumber daya manusia lebih banyak lagi. Artinya, tenaga kerja khususnya mereka penduduk muslim kian dibutuhkan. Semakin potensial industri halal, seharusnya menjadi momentum untuk mengentaskan kemiskinan.

Sejalan dengan meningkatkan kelas menengah, termasuk penduduk muslim, halal tidak lagi semata karena hukum agama, tetapi juga sudah menjadi lifestyle. Itulah yang disebut dengan halal lifestyle.

Dari informasi di atas, ternyata peluang bisnis halal industri produk dan jasa, serta pendukungnya, sangatlah potensial untuk dijadikan ladang pertumbuhan ekonomi sehingga dapat memberikan kesejahteraan bagi masyarakat Indonesia. Karena menjadi pebisnis sukses itu sudah biasa, tapi menjadi pebisnis yang sholeh, sukses, dan menjalani syariat Islam itu baru luar biasa.

Untuk Anda yang ingin tahu bagaimana caranya jadi pebisnis sukses sholeh, yuk daftarkan diri ke Special Program Ramadhan ESQ Masa Persiapan Pensiun. Pelatih kami berpengetahuan luas dan berpengalaman dan akan membantu Anda mempersiapkan rencana pensiun yang lebih baik.

Source:

Leave a Reply

Konsultasikan rencana pensiunmu, gratis.

Open chat
1
Halo,
Ada yang bisa kami bantu?