Usaha Pensiun Sukses (18) : Kerupuk Amplang Syachrani

By January 18, 2017August 20th, 2020Kisah Inspiratif

Sebagai Konsultan Pensiun Terpercaya, kami harus menyampaikan bahwa dunia usaha setelah Pensiun memang tidak selamanya glamor, penuh kemewahan dan keberhasilan. Salah satu kisah di bawah ini bisa membuka mata kita. Bahwa kadang di usia pensiun, kita hanya perlu memiliki sebuah usaha kecil yang bisa membuat kita bertahan hidup dan mengantarkan anak-anak pada cita-citanya. Seperti yang dilakukan oleh H Syachrani di bawah ini.

Syachrani (68), petugas juru bayar di Detasemen Pembekalan dan Angkutan Korem 102/Panju Panjung, mengawali usaha kerupuk amplang ikan pipih (”Notopterus chitala”) pada 1986. Bersama istrinya, Saneah (66), dia belajar membuat kerupuk amplang pada Embuniwati, kakak Saneah.Waktu itu kehidupannya memang masih pas-pasan. Maka itu, ia pun mulai belajar memasak kerupuk amplang yang kemudian dijual di kios kelontong dan kios rokok, untuk menambah penghasilan. Harga sebungkus kerupuknya kala itu hanya Rp 25.

 

Namun, Syachrani terus menekuni usaha pembuatan kerupuk amplang itu setelah ia pensiun pada tahun 2002. Pada tahun-tahun awal membuat kerupuk amplang, Syachrani bersama istri sering kali gagal karena kerupuk mudah melempem dan juga kadang kala terlalu banyak minyak sehingga terlalu basah. Meskipun demikian, dia tetap mencoba hingga berhasil menemukan takaran yang pas untuk membuat kerupuk amplang yang renyah.

 

”Sekitar tahun 1990, kami mulai menjual kerupuk di sejumlah toko swalayan. Saat ini ada 12 toko swalayan yang menjual kerupuk kami,” kata Syachrani yang memiliki lima cucu dan tiga buyut dari kedua putrinya, Senin (13/1/2014). Dari usaha menjual kerupuk amplang ini mereka mampu menunaikan ibadah haji.

 

Syachrani membuat kerupuk amplang lima kali dalam sebulan. Setiap kali membuat kerupuk, dia biasa menghasilkan 130 bungkus kerupuk amplang yang masing-masing seberat 70 gram per bungkus. ”Tidak setiap hari kami membuat kerupuk, paling seminggu sekali sambil juga terus melihat persediaan di toko swalayan,” katanya. Produksi ini sengaja dibatasi untuk menjaga kualitas rasa kerupuk amplang buatannya.

 

Di tahun 2014, kerupuk amplang ikan pipih buatannya dijual Rp 11.000 per bungkus. ”Di toko-toko harga jualnya menjadi sekitar Rp 13.200 per bungkus. Harganya terus meningkat karena ikan pipih semakin mahal dan sulit dicari akibat sungai yang tercemar,” kata Syachrani. Dalam sebulan, dia bisa memperoleh laba bersih sekitar Rp 4.150.000. Melalui penghasilannya sebagai juru bayar sejak 1976 hingga 2001, ditambah hasil penjualan kerupuk amplang ikan pipih, Syachrani mampu menyekolahkan putrinya hingga lulus dari Fakultas Pertanian Universitas Palangkaraya. Selain itu, Syachrani dan istri juga telah melaksanakan ibadah haji pertama kali pada 1995. Dia juga menunaikan ibadah umrah pada 14 Januari 2014.

Pak Syachrani memulai usahanya sejak tahun 1986, sebagai Masa Persiapan Pensiun. Ia memperlihatkan bahwa dengan produksi sekali seminggu saja, ia sudah bisa bertahan hidup, menunaikan ibadah haji, dan mengantarkan anak ke pendidikan tinggi.

 

Usaha seperti ini memungkinkan untuk ditiru karena bermodal kecil dan beresiko rendah. Mungkin anda tertarik juga untuk melakukannya? Banyak contoh usaha lain yang dilakukan oleh pensiunan, dengan jenis usaha yang tidak memakan waktu, tidak melelahkan, dan tidak membebani. Bisa dijalankan di masa tua, dan tetap menyenangkan serta mendatangkan hasil yang baik.

 

Bagaimana dengan Anda? Sebagai Konsultan Pensiun Terpercaya, kami punya banyak ide untuk anda terapkan di Masa Persiapan Pensiun anda. Untuk mengikuti Training Masa Persiapan Pensiun terdekat yaitu di tanggal 21-23 Februari 2017, hubungi kami via email di [email protected] atau telepon ke 021-2940-6969 ext. 174.

 

Leave a Reply

Konsultasikan rencana pensiunmu, gratis.

Open chat
1
Halo,
Ada yang bisa kami bantu?