Star Principle Secara Sains (2) : Bukti Neurologi Kebutuhan berTuhan

By February 7, 2017August 20th, 2020Kisah Inspiratif

Selamat Pagi!

Jumpa lagi dalam Bahasan mengenai “Rahasia ESQ”. Pekan ini kita akan membahas tentang Star Principle Secara Sains (2) . Atau Percaya kepada Tuhan sebagai salah satu prinsip hidup.

 

Tidak hanya di bidang Psikologi, para neurolog pun menemukan sejumlah bukti akan adanya pengaruh dari kepercayaan pada Tuhan, pada cara kerja bagian otak tertentu. Bahkan sejumlah peneliti ini menyimpulkan bahwa, Kebutuhan untuk Percaya Pada Tuhan, atau Star Principle, adalah disebabkan oleh predisposisi yang terberi di dalam otak semua manusia.

 

 

Hal inilah yang menurut para peneliti, menjadi penyebab mengapa orang se-atheis apapun, pada keadaan tertentu, mereka akan merasa membutuhkan Tuhan. Mengapa? Karena otak kita membutuhkan keadaan tertata, kecenderungan pada order, pada kepatuhan pada keteraturan, keadaan yang terstruktur, tertata, dari keadaan yang semula tidak beraturan. Sekacau apapun tembakan listrik (neural firing) yang terjadi di otak karena letupan emosi atau pemikiran kita. Begitulah hasil kesimpulan dari sejumlah psikolog dan ahli neurologi terpandang di dunia.

 

 

Ada sejumlah hasil penelitian menarik yang bisa kita simak disini, mengenai kebutuhan Manusia akan Tuhan :

 

  1. Barrett, mengemukakan bahwa ada garis merah yang bisa diambil dari semua keadaan kognitif yang dialami oleh semua manusia. Ia mengungkapkan bahwasanya, otak kita cenderung untuk melihat dunia sebagai suatu tempat yang memiliki tujuan penciptaan. Hal ini, menurut Deborah Keleman PhD, terlihat pada pemikiran anak-anak kecil, yang selalu memiliki jawaban akan kenapa suatu benda berada dalam satu keadaan.

 

2. Whitson dan Galinsky (2008), mengungkapkan bahwa, orang dewasa memiliki kecenderungan untuk selalu mencari makna. Terutama pada situasi yang penuh ketidakpastian. Hal ini, menurutnya, tampak pada percobaan visual saat sejumlah orang dewasa melihat rangkaian titik. Penelitian ini memperlihatkan bahwa orang dewasa, selalu berusaha mencari tanda atau pola, dibalik apa yang mereka lihat.

3. Barrett, juga mengungkapkan bahwa anak-anak memiliki ingatan dan bisa menjelaskan mengenai hidup sebelum mereka lahir, atau apa yang disebutnya sebagai “pre-life”.

 

4. Barrett, mengungkapkan bahwa, kesemua hal diatas menunjukkan bahwa perangkat kognitif dasar kita memiliki bias terhadap sejumlah jenis pemikiran, yang mengarahkan kita untuk berpikir mengenai pre-life, akhirat, Tuhan, dan mahluk tidak terlihat yang melakukan banyak hal, tema-tema pemikiran yang umum ada dalam sejumlah agama yang ada di dunia.

5. Dalam Perangkat dasar ini, termasuk di dalamnya apa yang terlihat baik saat mengingat sejumlah cerita yang ditemukan pada naskah keagamaan. Pada khususnya, sejumlah penelitian menemukan bahwa kita bisa dengan mudah mengingat elemen yang sifatnya tidak diduga, tidak dibisa dinalar (counterintuitive), bersifat supernatural atau hal-hal yang keberadaannya tidak bisa dijelaskan oleh ilmu alam.

6. Pada tahun 2006, Atran dan Norenzayan meneliti sejumlah orang yang mengingat beragam konsep yang murni diluar nalar hingga yang sedikit diluar nalar. Ditemukan bahwa, ingatan yang murni diluar nalar, lebih mudah diingat dari sebuah bacaan yang baru dibaca. Namun, dalam jangka waktu yang lebih lama, seminggu kemudian, kita lebih mudah untuk mengingat hal-hal yang sifatnya hanya sedikit diluar nalar. Inilah, menurut Atran dan Norenzayan, yang membuat orang mudah percaya pada agama, yang hanya sedikit diluar nalar, dan banyak yang masuk dalam alam rasional.

 

7. Otak kita juga selalu percaya bahwa ada unsur penyebab di balik setiap kejadian yang ada di dunia. Hal ini dianggap Atran (Direktur Riset di the Centre National de la Recherche Scientifique, Paris), sebagai kecenderungan kognitif yang membuat otak kita beriman, secara otomatis tanpa bisa dihindarkan.

8. Prof Thomas Plante, PhD, di Santa Clara University Amerika Serikat, menyampaikan bahwa, pemikiran agamis adalah produk yang tak terhindarkan dari cara otak kita bekerja. Dan ia juga menegaskan bahwa sejumlah penemuan diatas seharusnya membuat manusia berpikir secara menyeluruh bahwa kepercayaan pada Tuhan adalah suatu hal yang bersifat biologis, psikologis, sosial, budaya, dan spiritual, yang saling berkaitan.

 

Apa yang dikemukakan diatas, adalah sebab-sebab mengapa kita harus memegang Star Principle, atau Percaya Kepada Tuhan, sebagai kebutuhan kita sebagai mahluk hidup, untuk hidup lebih mudah di dunia, dan memperoleh kekuatan yang kokoh dari Tuhan.

 

Bagaimana? Tertarik untuk mengikuti Training ESQ atau membaca buku-buku ESQ? Kunjungi situs kami di esqstore.com untuk berbelanja produk-produk ESQ, atau kunjungi esqway165.com untuk mengetahui training-training terbaru dari ESQ.

 

 

Untuk anda yang memerlukan Training Masa Persiapan Pensiun, kami akan mengadakan di tanggal 21-23 Maret 2017, di Jakarta.

  

Untuk keterangan lengkapnya,

hubungi kami via email : esqmpp.com atau

telepon ke 021-2940-6969 ext. 174

wa / telp ke HP ke 0856 9311 9026 (Gina)

atau wa/telp/line  ke HP  0822 9915 3339 (Ririn)

Salam Hidup Bermakna dengan ilmu 165!

Leave a Reply

Konsultasikan rencana pensiunmu, gratis.

Open chat
1
Halo,
Ada yang bisa kami bantu?